Perkembangan Prevalensi, Morbiditas, dan Mortalitas Kesehatan di Indonesia: Gambaran 2023

 


Perkembangan Prevalensi, Morbiditas, dan Mortalitas Kesehatan di Indonesia: Gambaran 2023

Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan. Data terbaru dari berbagai sumber resmi memberikan gambaran mendalam mengenai kondisi kesehatan masyarakat, termasuk prevalensi penyakit, angka kesakitan (morbiditas), dan angka kematian (mortalitas).​P2P Kemenkes


1. Prevalensi Penyakit di Indonesia

Prevalensi penyakit mencerminkan seberapa luas suatu penyakit menyebar di masyarakat pada suatu periode tertentu. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan proyeksi hingga 2023, beberapa penyakit menonjol antara lain:​P2P Kemenkes+2diabetes-indonesia.net+2diabetes-indonesia.net+2

  • Hipertensi: Sekitar 34,1% penduduk usia ≥18 tahun mengalami hipertensi, dengan prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah di Papua (22,2%) .​P2P Kemenkes
  • Diabetes Melitus: Prevalensi diabetes pada usia ≥15 tahun diperkirakan meningkat dari 9,19% pada 2020 menjadi 16,09% pada 2045, dengan proyeksi mencapai 40,7 juta kasus .​diabetes-indonesia.net
  • Penyakit Jantung dan Stroke: Keduanya merupakan penyebab utama kematian di Indonesia, dengan penyakit jantung menyumbang 37% dari total kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) .​P2P Kemenkes

2. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas menggambarkan tingkat kejadian penyakit dalam suatu populasi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kesakitan di Indonesia bervariasi antar provinsi. Sebagai contoh, di Provinsi Sumatera Barat, angka kesakitan pada tahun 2023 tercatat 13,71% di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan 13,83% di Kabupaten Pesisir Selatan .​dinkes.sambas.go.idBPS Sumbar+1P2P Kemenkes+1


3. Angka Kematian (Mortalitas)

Mortalitas menunjukkan jumlah kematian dalam suatu populasi. Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2023 adalah 73,74 tahun untuk laki-laki dan 78,37 tahun untuk perempuan . Namun, angka kematian akibat PTM, seperti penyakit jantung dan diabetes, terus meningkat, terutama di negara berpenghasilan menengah dan rendah .​aktuaris.or.idP2P Kemenkes


4. Faktor Risiko dan Determinan Kesehatan

Beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi dan morbiditas penyakit di Indonesia antara lain:​

  • Gaya Hidup Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak, rendah aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.​
  • Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan: Terutama di daerah terpencil dan kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai.​
  • Faktor Sosial Ekonomi: Pendapatan rendah dan tingkat pendidikan yang mempengaruhi perilaku kesehatan.​

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi masalah ini, seperti Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).​P2P Kemenkes


5. Proyeksi dan Tantangan ke Depan

Dengan tren peningkatan prevalensi PTM, proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030, kematian akibat PTM di Indonesia akan meningkat signifikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pencegahan yang lebih efektif, peningkatan kesadaran masyarakat, dan perbaikan sistem pelayanan kesehatan untuk mengurangi beban penyakit ini .​P2P Kemenkes


6. Kesimpulan

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor kesehatan, terutama terkait dengan peningkatan prevalensi dan morbiditas penyakit tidak menular. Namun, dengan adanya data yang akurat dan kebijakan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi beban penyakit dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.​

 


Comments