1. DEFINISI
Kehamilan lewat bulan adalah kehamilan yang telah berlangsung
lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama
haid terakhir (HPHT), dimana usia kehamilan telah melebihi 42 minggu
(>294 hari) (Sarwono, 2010).
Bayi post-term atau postmatur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi
lebih dari 42 minggu dihitung dari menstruasi terakhir ibu (atau dengan
pengkajian usia gestasi) dianggap postmatur, atau post-term, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir. (Wong, 2009).
2. ETIOLOGI
Hingga saat ini Penyebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat
gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain
sebagai berikut: (Cunningham, 2005)
-
Pengaruh
progesteron
Penurunan
hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan
endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya
pengaruh progesteron.
-
Teori oksitosin
Pemakaian
oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm member kesan atau
dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor
penyebab kehamilan.
-
Saraf uterus
Tekanan
pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini,
seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi
kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm (Wiknjosastro,
2010).
3. GAMBARAN
KLINIS
Tanda postterm dapat dibagi mnjadi 3 stadium, yaitu
(Wiknjosastro, 2010):
a.
Stadium I, kulit
menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh,
dan mudah mengelupas.
b.
Stadium II, gejala
diatas disertai dengan pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
c.
Stadium III,
disertai dengan pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
4. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebagai berikut:
-
Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG)
-
Pemeriksaan
radiologi
-
Pemeriksaan
laboratorium (Sarwono, 2010)
5. DIAGNOSA
Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk
ditegakkan bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti.
Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara
lain:
a)
Penderita
harusyakin betul dengan HPHT-nya
b)
Siklus 28 hari dan
teratur
c)
Tidak minum pil
antihamil setidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele.
|
RUMUS 1 |
RUMUS 2 |
TAHUN |
Tetap |
Ditambah 1 |
BULAN |
Ditambah 9 |
Dikurang 3 |
HARI |
Ditambah 7 |
Ditambah 7 |
Rumus 1 digunakan untuk HPHT pada bulan Januari sampai Maret.
Rumus 2 digunakan untuk HPHT pada bulan April sampai Desember.
6. PENANGANAN
PADA PERSALINAN POSTTERM
Penanganan pada saat persalinan postterm adalah
sebagai berikut:
a.
Pemantauan yang
baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin. Pemakaian continuous electronic fetal monitoring
sangat bermanfaat.
b.
Hindari penggunaan
obat penenang atau analgetika selama persalinan.
c.
Awasi jalannya
persalinan.
d.
Persiapan oksigen
dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin.
e.
Cegah terjadinya
aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah neonatus dan dilanjutkan
resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban bercampur
mekonium.
f.
Segera setelah lahir,
bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi,
hipotermi, dan polisitemi.
g.
Pengawasan ketat
terhadap neonatus dengan tanda-tanda postmaturitas.
h.
Hati-hati
kemungkinan terjadi distosia bahu (Drife, 2008 ; Cunningham, 2005).
7. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat mengenai keduanya, baik pada ibu maupun janin. Pada ibu meliputi distosia
karena aksi uterus yang tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding kepala
kurang, sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
a.
Gawat janin atau
kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah
kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Umumnya
disebabkan oleh:
- Makrosomnia yang
dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur klavikula,
sampai kematian bayi.
- Insufisiensi plasenta yang berakibat: pertumbuhan janin
terhambat, oligohidramnion, hipoksia janin, dan keluarnya mekonium yang
berakibat dapat terjadinya aspirasi mekonium pada janin.
- Cacat bawaan: terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus
- Kematian janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% pascanatal (Saifuddin, 2001).
b. Pengaruh morbiditas/mortalitas pada ibu, dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia
janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia
persalinan, incoordinate uterine action,
partus lama, meningkatkan tindakan obstetric dan persalinan traumatis/
perdarahan postpartum akibat bayi besar (Saifuddin, 2001).
8. PROGNOSIS
Menurut beberapa ahli, kehamilan lewat bulan dapat dikatakan bila lebih dari 41 minggu karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya
kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin
untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Penyebab
lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang
pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney & Helen, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG., Leveno KJ., Bloom SL., Gilstrap LC.,
Hauth JC., Wenstrom KD. 2005. Postterm
Pregnancy In: Williams Obstetrics, 22nd ed. New York:
McGraw-Hill.
Drife J. &
Magowan BA. 2004. Clinical Obstetrics and
Gynaecology: Prematurity. London:
Saunders.
Saifuddin, AB., Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo
D. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney and Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Penerbit EGC
Wiknjosastro H., Saifuddin AB., and Rachimhadhi T. 2010. Ilmu kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Comments
Post a Comment
Mohon kritik dsn saran yang membangun dari pembaca