Anemia Defisiensi Besi

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Masalah Kesehatan 
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen  dalam jumlah cukup ke jaringan perifer. Anemia merupakan masalah medik yang  paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. Diperkirakan >30% penduduk dunia menderita  anemia dan sebagian besar  di daerah tropis. Oleh karena itu anemia  seringkali tidak mendapat perhatian oleh para dokter di klinik. 

Hasil  Anamnesis  (Subjective) 
Keluhan Pasien datang ke dokter dengan keluhan:
1.  Lemah
2.  Lesu
3.  Letih
4.  Lelah 
5.  Penglihatan berkunang-kunang
6.  Pusing
7.  Telinga berdenging
8.  Penurunan konsentrasi 
9.  Sesak nafas

Faktor Risiko
1.  Ibu hamil
2.  Remaja putri
3.  Status gizi kurang
4.  Faktor ekonomi kurang
5.  Infeksi kronik 
6.  Vegetarian

Hasil  Pemeriksaan 

Pemeriksaan Fisik
1.  Gejala umum 
Pucat dapat terlihat pada: konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku.
2.  Gejala anemia defisiensi besi
a.  Disfagia
b.  Atrofi papil lidah
c.  Stomatitis angularis
d.  Koilonikia

Pemeriksaan Penunjang 
1.  Pemeriksaan  darah: hemoglobin (Hb),  hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan darah tepi), MCV, MCH, MCHC, feses rutin, dan urin rutin.
2.  Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan sekunder) Serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.

Penegakan  Diagnostik  (Assessment)

Diagnosis  Klinis
Anemia  adalah suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh penyakit dasar sehingga  penting menentukan penyakit dasar yang menyebabkan anemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan kriteria Hb darah kurang dari kadar Hb normal.
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO: 
1.  Laki-laki: >13 g/dL
2.  Perempuan: >12 g/dL
3.  Perempuan hamil: >11 g/dL

Diagnosis Banding
1.  Anemia defisiensi vitamin B12
2.  Anemia aplastik
3.  Anemia hemolitik
4.  Anemia pada penyakit kronik

Komplikasi
1.  Penyakit jantung anemia
2.  Pada ibu hamil: BBLR dan IUFD
3.  Pada anak: gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Penatalaksanaan  Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan
Prinsip  penatalaksanaan anemia harus  berdasarkan diagnosis definitif yang telah ditegakkan. Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas ferrosus 3 x 200 mg (200  mg mengandung 66 mg besi elemental).

Rencana  Tindak Lanjut
Untuk  penegakan  diagnosis definitif anemia defisiensi besi memerlukan pemeriksaan laboratorium di layananan sekunder dan penatalaksanaan selanjutnya dapat  dilakukan di layanan  tingkat pertama.

Konseling dan Edukasi
1.  Memberikan pengertian  kepada pasien dan keluarga tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga  meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
2.  Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat berupa mual, muntah,  heartburn,  konstipasi, diare, serta BAB kehitaman.
3.  Bila terdapat efek  samping obat maka segera ke pelayanan kesehatan.

Kriteria Rujukan 
1.  Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb <8 g/dL.
2.  Anemia dengan gejala tanpa melihat kadar Hb segera dirujuk.
3.  Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb <7 g/dL).
4.  Anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi  dokter  di layanan  tingkat pertama  misalnya anemia  aplastik, anemia hemolitik dan anemia megaloblastik.
5.  Jika didapatkan kegawatan (misal perdarahan aktif atau distres pernafasan) pasien segera dirujuk. Peralatan Pemeriksaan laboratorium sederhana (darah rutin, urin rutin, feses rutin).

Prognosis
Prognosis umumnya  dubia  ad bonam  karena sangat tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Bila  penyakit yang mendasarinya teratasi, dengan nutrisi yang baik anemia defisiensi besi dapat teratasi.

Referensi
1.  Braunwald, E. Fauci, A.S. Kasper, D.L. Hauser,  S.L. et al.Harrisson’s: Principle of  Internal Medicine. 17th  Ed.  New York: McGraw-Hill Companies. 2009.  (Braunwald, et al., 2009)
2.  Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati,  S. Eds. Buku ajar ilmu  penyakit  dalam. 4thEd. Vol.  III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit  Dalam FKUI. 2006.    (Sudoyo, et al., 2006)
3.  Bakta IM. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. Dalam:  Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,  Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.  4thEd. Vol II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. hlm 632-36.  (Sudoyo, et al., 2006)

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Comments